ANGAN SEMU
Karya : Annisa Ika Pratiwi
Cintamu hanya angan semu
Yang tak mungkin akan ku sentuh
Sosokmu yang selalu muncul
Hanya menambah luka hatiku
Berulang kali ku coba
Tapi tetap tiada guna
Bayangmu selalu ada
Menghantui hidupku yang hampa
Ingin aku pergi. . . .
Tinggalkan sukmaku yang telah mati
Menanti kasih akan cinta sejati
Yang tak kunjung ku temui
BOCAH SEBATANG KARA
Karya : Taufiq Ismail
Kala matahari terbenam
Putuslah hatinya untuk tinggal diam
Mencari tempat berteduh
Walau hanya untuk semalam
Dingin menyergap bagaikan rayap
Menyelimuti tubuh lemahnya
Oh bocah sebatang kara
Sungguh nasibmu malang nian
Ditinggalkan ayah bunda sendirian
Tapi mengertilah kau tak sendiri
Karna ada tuhan yang kan temani
Sepanjang hidupmu nanti
Nama : Nur Hamzah Solekah
DI MANAKAH KUCARI SURGAKU
Aku berjalan
Namun tak tau arah tujuan
Hanya untuk mencari kebahagiaan
Ku relakan datangnya penderitaan
Ku cari sebuah surga
Tempat yang indah nan menggoda
Yang penuh dengan pesona
Yang membuat aku bahagia
Tapi dimanakah tempat itu
Aku bertanya tiada yang tau
Tapi dengan membahagiakan ibuku
Aku akan menemukan surgaku
Ibu aku menyayangimu
MENYESAL
(karya A. Hasyim)
Pagiku hilang, sudah melayang
Hari muda telah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
Aku lalai dipagi hari
Beta lengah masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu miskin harta
Ah, apa gunanya kusesalkan
Menyesal tua tidak berguna
Hanya menambah luka sukma
Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan dipagi hari
Menuju kearah padang bakti
RUMAH
Karya : Toto Sudarto Bachtiar
Kulihat dari cahaya bulan dipekarangan
Serambiku kelam dan berudara sepi
Tidak ada suara, tiada pula bayangan
Kecuali sahabatku, semuanya pergi
Terkadang terasa perlunya kerumah
Atau terasa perlunya tak pulang rumah
Bercerita dan berkaca pada hari-hari kupunya
Dirumahku besar sekali nubaha sebuah kisah
Kalau aku tiba terdengar suara berdetak tiba-tiba
Malu-malu hati sahabatku rupanya ikut berbicara
DARI PUNCAK
Mengapa kabut yang datang menyenangkan hatiku?
Senja merapat ke jendela dan malam mencari pinus
Dengan lolongan anjing yang lemah
Dengan gerimis yang gelap itu
Tawa lalu lagu : aku menatap wajahnya yang kelam
Sebagai danau yang dalam
Pulau bulan tidur sampai ke dasar
Sebab angin malam bisa rinai, kabut jadi langka
Aku bersiul sambil melangkah
Bulan itu buta dan hatiku yang lama membeku
Tanpa wanita
Masing-masing saling mengaca
Cinta? Apakah cinta?
Cinta adalah malam
lebam
Dan kususuri jalan di bukit itu dalam gerimis yang basah
Kembali kudengar deru
Dalam lolong anjing yang lemah
Nama : Devi Novita Z.
TUHANKU APAKAH KEKAL
Karya : Amir H amzah
Tuhanku, suka dan ria
Gelak dan senyum
Tepuk dan tari
Semuanya lenyap, silam sekali
Gelak bertukarkan duka
Suka bersalinkan ratap
Cinta membawa wasangka . . .
Junjunganku, apakah kekal
Apakah tetap
Apakah tak bersalin rupa
Apakah baka sepanjang masa . . .
Bunga layu disinari matahari
Makhluk berangkat menepati janji
Hijau langit bertukar mendung
Gelombang reda ditepi pantai
Setangkai gagah beralih warna
Semerbak cempaka sekali hitung
Apakah lagi laguan kasih
Hilang semata tiada ketara . . .
Tuhanku apakah kekal ?
( Dalam Amir Hamzah sebagai manusia dan penyair 1996)
KERASNYA KEHIDUPAN
Kerasnya kehidupan
Mengasah manusia
Lembut menjadi kasar
Ramah menjadi angkuh
Kasih sayang yang dulu diagungkan setiap hari
Bertukar nafsu untuk menghalau sesama
Kelembutan yang selalu menghiasi wajah manis
Kini terhalang cemoohan
Kerasnya kehidupan
Menutup mata hati
Merencah jurang kasih
Melupakan aliran darah yang mengalir
Ingin kusadari . . .
Dalam kerasnya kehidupan
Nurani itu tetap ada
Mengalirkan kesejukan dalam setiap jiwa
Walau tinggal setetes berkala
Rindu Dendam
Semalam dingin sekali
Kini pagi terang-cerlang
Kuangkat kaki melangkah masuk
Kedalam taman
Udara yang segar
Alam yang indah
Semua hijau, semua hidup
Apakah yang terang cemerlang
Tergantung di ujung bunga bakung itu
Kuhampiri, O, sebutir embun
Betapa suci dan putih
Kupandang kedalam
O, keindahan
O, Tuhanku
Biarkan aku menjadi embunmu
Memancarkan terangmu
Sampai aku hilang lenyap olehnya
GERILYA Karya : W.S Rendra
Tubuh biru tatapan mata biru
Lelaki terguling di jalan
Orang-orang kampung mengenalnya
Anak janda berombak-ombak
Ditimba air bergantang-gantang
Disiram atas tubuhnya
Tubuh biru tatapan mata biru
Lelaki berguling di jalan
Lewat gardu Belanda dengan berani
Berlindung warna malam
Sendiri masuk kota
Ingin ikut ngubur ibunya
PRIANGAN SI JELITA
Seruling di pasir, merdu
Antara gundukan pohonan pina
Tembang menggema di dua kaki
Burung rang-Tangkuban perahu
Jumrut dipucuk-pucuk
Jamrut di air tipis menurun
Membelit tangga di tanah merah
Dikenal gadis-gadis dari bukit
Nyanyikan kantang sudah digali
Kenakan kebaya merah ke pewayangan
Jamrut dipucuk-pucuk
Jamrut di hati gadis menurun
SALJU Karya : Asrul Sani
Kemanakah pergi
Mencari matahari
Ketika salju turun
Pepohonan kehilangan daun
Kemanakah jalan
Mencari lindungan
Ketika tubuh kuyup
Dan pintu tertutup
Kemanakah lari
Mencari api
Ketika bara api
Padam tak berarti
Kemanakah pergi
Selain mencuri diri
Nama : Nur Hamzah S
SURAT RINDU
Bayang-bayang tubuhmu
Betapa panas bibirmu itu
Aku rusuk, lupa adam, telah lama dibentuk
Dari remuk, lupa adam, telah lama dibentuk
Dan senja kembali lain :
Kasihku dan surat rinduku ini kutulis
Kala hujan gerimis dan malam bangkit
Di padang tekukur di bukit yang mati
Pohon-pohon menengadah dan aku bermimpi
Dan darah yang menyelasat, jadi birahi
Dan darahku yang penat, jadi duri
Mengapa matamu menelaah, tak mencari arah ?
Kasihku dan surat rinduku ini kutulis
Pada dingin, pada dinding, pada cahaya
Menunggu ganggang dari malam,
Dari bumi yang tak ada
Tahun 1972
BUNDA
Aku seperti berdiri di tepi jurang
Seakan dua kekuatan mencoba mendorong
Saat kutengadahkan kepalaku
Wajah bunda terbayang
Seakan-akan menari dipelupuk mata
Kulihat senyum bunda
Kurasakan kembali belaian bunda
Terasa hangat menjalari tubuhku
Tersentak aku
Ingin ku teriakan sumpah serapah
Pada orang yang menorehkan luka
Dikening bunda
Karya : Riany’s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar